KESUDIAN LAUT BERPASIR HITAM
Tambak-tambak warga menemani langkah lelah dan
menawarkan panorama pesisir. Aroma air tambak mengusik perjalanan, renik-renik
berdampingan di tambak dan merusak pandangan. Hari libur gagalkan gertakkan
ombak, hanya bisikan-bisikan bosan yang terdengar. Para pencari nafkah menyambut
ramah, entah panggilan saudara atau panggilan uang yang sebabkan ramah hadir
diantara kita. Lalu mengapa harus
memberi uang jika ingin menikmati alam yang diberikan tuhan ?.
Benarkah air laut sudi disentuh angin ? dipaksa sampai
dan menyapa pasir hitam di bibir pantai, bahkan tak elok untuk disentuh birunya
air laut. Apa lagi menyapa anak-anak manusia perusak yang datang tanpa permisi
dan pergi tanpa pamit. Lalu mengapa kalian datang mengunjungi hamparan laut
jika kalian tidak bisa melepas belenggu angin yang berkuasa di atasnya. Tidak
mengusir angin justru mengundang butiran-butiran sampah yang menjadi gundukan
yang menjijikan untuk disentuh. Kalian suka ombak, tapi kalian tidak tahu
betapa bosannya air laut, kesana-kemari untuk mengantarkarkan sampah-sampah laut
yang mengeruk habis hartanya. Berliter-liter, bertahun-tahun dikeruk hingga
laut dahaga pada hartanya sendiri. Hanya gurauan ikan dan karang yang
menghiburnya.
Laut berharap angin lebih berpihak pada capung raksasa dan
asap gelap. Bagaimana bisa laut yang seharusnya airnya biru sampai bibir pantai coklat pekat nyaris gelap ?. Emosi
menjadi lebih penasaran, ingin ketengah laut dan memastikan apa yang terjadi, benarkah selama ini dia sudi
disentuh angin, ditimpa sampah, dan didampingi penghianat berwujud mesin-mesin
perenggut ?. Biarkan laut tak dikenal dan tak dijamah anak adam, cukup mereka
yang tau etika dan empati pada alam yang boleh masuk dan menyapa kebosanan ombak. Lalu menemani pasir yang hitam, hingga tetap tinggal meski dicaci-maki dan di bandingakan dengan
pasir putih yang cantik di pantai yang lain. Jangan caci-maki pasir yang hitam, itu bukan arti keburukan dan kekejiannya. Dia hanya diberikan kodrat yang berbeda dari pasir cantik lainnya. Alihkan
pandanganmu pada air laut, dia juga tak ingin kotor dan segelap itu, dia hanya
melawan kodrat sebagai air laut yang biru. Angin juga tidak selalu ingin menyentuh air
laut, dia hanya ingin menciptakan ombak untuk menjalankan tugasnya memberi
garis alam dan menghidupkan kehidupan. Karena itu air laut selama ini rela
disentuh angin untuk menciptakan kehidupan. Biarkan pasir, air laut, ombak dan
angin berjalan sesuia kodratnya dan memebrikan kehidupan bagi masyarakat . Semoga lekas sadar warga-warganya menjaga asrinya mereka. Semoga warganya tidak menjadi perusak daya indahnya semesta yang diberikan tuhan pada laut utara yang malang.

halo ka lala, saya bekerja sama dengan kamu terkait penulisan artikel
BalasHapus