Sabtu, 31 Desember 2016

CERITA TENTANG LAUT UTARA

KESUDIAN LAUT BERPASIR HITAM

Ketika lelah menjadi alasan, tapi penasaran lebih kuat dan menjelma menjadi kekuatan besar yang menandingi mahanya laut utara. Berharap mendapat sapaan Dewi Lanjar  dan disampaikan pada Ratu Kidul pesan terselubung ini. Pikiran pertama muncul ketika daun telinga ini mengumpulkan butir-butir kata dari bibir tegas. Benak tak mampu menahan bendungan emosi yang menggerakan langkah perlahan mengikuti panggilan ombak yang menyentuh bibir pantai.
Tambak-tambak warga  menemani langkah lelah dan menawarkan panorama pesisir. Aroma air tambak mengusik perjalanan, renik-renik berdampingan di tambak dan merusak pandangan. Hari libur gagalkan gertakkan ombak, hanya bisikan-bisikan bosan yang terdengar. Para pencari nafkah menyambut ramah, entah panggilan saudara atau panggilan uang yang sebabkan ramah hadir diantara kita. Lalu mengapa harus   memberi uang jika ingin menikmati alam yang diberikan tuhan ?.
Benarkah air laut sudi disentuh angin ? dipaksa sampai dan menyapa pasir hitam di bibir pantai, bahkan tak elok untuk disentuh birunya air laut. Apa lagi menyapa anak-anak manusia perusak yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Lalu mengapa kalian datang mengunjungi hamparan laut jika kalian tidak bisa melepas belenggu angin yang berkuasa di atasnya. Tidak mengusir angin justru mengundang butiran-butiran sampah yang menjadi gundukan yang menjijikan untuk disentuh. Kalian suka ombak, tapi kalian tidak tahu betapa bosannya air laut, kesana-kemari untuk mengantarkarkan sampah-sampah laut yang mengeruk habis hartanya. Berliter-liter, bertahun-tahun dikeruk hingga laut dahaga pada hartanya sendiri. Hanya gurauan ikan dan karang yang menghiburnya.
Laut berharap angin lebih berpihak pada capung raksasa dan asap gelap. Bagaimana bisa laut yang seharusnya airnya biru sampai  bibir pantai coklat pekat nyaris gelap ?. Emosi menjadi lebih penasaran, ingin ketengah laut dan memastikan  apa yang terjadi, benarkah selama ini dia sudi disentuh angin, ditimpa sampah, dan didampingi penghianat berwujud mesin-mesin perenggut ?. Biarkan laut tak dikenal dan tak dijamah anak adam, cukup mereka yang tau etika dan empati pada alam yang boleh masuk dan menyapa kebosanan ombak. Lalu menemani pasir yang hitam, hingga tetap tinggal  meski dicaci-maki dan di bandingakan dengan pasir putih yang cantik di pantai yang lain. Jangan caci-maki pasir yang hitam, itu bukan arti keburukan dan kekejiannya. Dia hanya diberikan kodrat yang berbeda dari pasir cantik lainnya. Alihkan pandanganmu pada air laut, dia juga tak ingin kotor dan segelap itu, dia hanya melawan kodrat sebagai air laut yang biru.  Angin juga tidak selalu ingin menyentuh air laut, dia hanya ingin menciptakan ombak untuk menjalankan tugasnya memberi garis alam dan menghidupkan kehidupan. Karena itu air laut selama ini rela disentuh angin untuk menciptakan kehidupan. Biarkan pasir, air laut, ombak dan angin berjalan sesuia kodratnya dan memebrikan kehidupan bagi masyarakat . Semoga lekas sadar warga-warganya menjaga asrinya mereka. Semoga warganya tidak menjadi perusak daya indahnya semesta yang diberikan tuhan pada laut utara yang malang.

1 komentar:

  1. halo ka lala, saya bekerja sama dengan kamu terkait penulisan artikel

    BalasHapus