Jumat, 19 Februari 2021

Urban Farmer Muda: Pahlawan Pangan Masa Depan

 

    Hiruk pikuk kota terasa amat menyesakan bagi para penghuninya. Wajah kumuh acap kali tidak bisa lepas dari keberadaan kota. Ekspresi-ekspresi seperti itu membuat kota memiliki aura negatif bagi bumi. Kota lah yang selalu memiliki wajah buruk bagi kerusakan lingkungan. Dialah biang keroknya. Semua aktivitas perusak lingkungan terjadi di sini. Penduduk yang memadati kota kerap kali tidak menjaga keseimbangan lingkungan. 

    Penduduknya yang konsumtif, penggunaan ketersediaan air yang tidak bijak, pengelolahan sampah yang buruk, pemanfaatan lahan yang salah, sering menjadi perdebatan panjang untuk menyelamatkan kota. Penguasaan teknologi yang tinggi di kota membuat isu lingkungan jadi nomor kesekian. Kota selalu punya masalah lingkungan yang perlu dibenahi.

    Sebagai masyarakat urban, banyak hal yang bisa kita dilakukan untuk menyelamatkan kota. Tidak hanya sebagai aktivitas selingan, konsentrasi pada penyelamatan lingkungan di kota dapat menjadi profesi yang menjanjikan. Profesi yang ramah lingkungan ini biasa disebut green jobs. Potensi green jobs tentu terbuka luas karena melihat profesi-profesi yang ada di kota sangat metropolitan. Tidak banyak orang melirik profesi ini.

    Melihat kronisnya kondisi lingkungan di kota-kota Indonesia, green jobs bisa jadi refleksi kita pada alam. Salah satu green jobs yang bisa dilakukan oleh masyarakat urban kita adalah urban farmer. Sebagai urban farmer atau petani kota, kita bisa memanfaatkan lahan yang terbatas di kota sebagai ladang hijau. Perkebunan kota atau urban farming dengan bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan beriringan dengan keinginan masyarakat kota menjalani gaya hidup sehat. Hasil panen urban farming ini diyakini lebih sehat karena menerapkan sistem penanaman organik yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintetis.

    Pada jangkauan yang lebih luas, urban farming memiliki dampak yang lebih besar bagi kelangsungan hidup masyarakat perkotaan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa urban farmer  dapat menjadi konsep profesi petani ideal di masa depan. Sebagai generasi muda, ini menjadi potensi yang sayang bila dilewatkan. Anak muda dapat berperan aktif bahkan dapat mempelopori green jobs yang satu ini untuk menyelamatkan kota.

Geliat Anak Muda

    Dari Amerika Serikat, Swedia, hingga Uganda, anak-anak muda telah bersuara dan beraksi untuk mengatasi isu lingkungan.  Salah satunya Tobias Peggs, pendiri Square Roots. Ia mendirikan perusahaan yang menjadi salah satu wadah aktivitas urban farming profesional di Kota New York. Di Indonesia, ada petani muda pendiri Kebun Belajar Kumara, Siti Soraya Cassandra. Petani muda asal Tanggerang ini sudah bergiat menjadi urban farmer sejak tahun 2016.

    Menekuni urban farming berarti mendekatkan diri pada makanan sehat dan menaruh sikap empati pada petani sebagai pahlawan pangan. Berkebun menjadi satu-satunya cara bagi manusia hidup berdampingan dengan alam. Konsep ini sebenarnya tidak lagi asing bagi masyarakat Indonesia. Menyatu dan belajar dari alam selalu diajarkan oleh orang tua atau pembelajaran di sekolah. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, Indonesia juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaganya.

    Mulai peduli dengan alam dapat dimulai sedini mungkin. Sebagai agen perubahan, anak muda jadi elemen penting untuk terlibat dalam pelestarian lingkungan. Anak muda yang terjun di bidang pertanian dan bereran aktif, akan mengakselerasi kemajuan pertanian di Indonesia. Mempelajari dan mengembangkan urban farming tidak akan rugi. Sebaliknya, sektor bisnis kiwari ini bisa mendatangkan banyak keuntungan pada masa mendatang.

    Kesadaran, minat , dan kemauan anak muda untuk terlibat dalam green jobs seperti ini perlu dipantik kembali. Masih ada anak-anak muda yang tidak atau belum tertarik pada isu lingkungan. Anak muda cenderung lebih mudah terperangkap pada zona nyaman plin-plan dalam menentukan pilihan. Untuk terjun dalam dunia peduli lingkungan, dibutuhkan keberanian dan ketekunan karena masalah lingkungan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Namun untuk memulainya, kita dapat melakukannya dari hal-hal yang kecil.

Menjaga Katehanan Pangan

    Urbanisasi menyebabkan tingginya laju pembangunan dan semakin mengeliminasi keberadaan lahan pertanian di kota. Kota tidak lagi mampu memenuhi mencukupi ketersediaan pangan secara mandiri. Bahan makanan yang tidak tersedia dapat memunculkan inflasi harga bahan pangan. Urban farming akan sangat membantu untuk mencukupi ketersediaan bahan makanan dan memperkuat ketahanan pangan kota itu sendiri.

    Di tengah pandemi Covid-19 ini, ketahanan pangan Indonesia sempat disorot. Sistem logistik dan rantai pasok pangan sempat terganggu akibat pandemi Covid-19. Di masa pagebluk macam sekarang, kita tidak bisa terus mengandalkan distribusi bahan pangan saja. Urban farming dapat menjadi jawaban bagaimana kita bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan bahan makanan secara efektif. Selain menambah produktifitas selama di rumah saja, menjadi urban farmer juga dapat menyelamat kota dari krisis lingkungan.   

    Sebagai urban farmer, kita akan membawa bahan makanan bergizi ke komunitas lokal, sehingga resiko kekurangan bahan pangan dapat dicegah. Di negara-negara berkembang, hasil panen urban farming  seperti buah, sayuran, dan unggas mampu memenuhi 10%-40% kebutuhan gizi keluarga di perkotaan. Dalam hal ini, urban farming sangat berperan bagi ketahanan pangan di perkotaan. Jika urban farming dilakukan secara konsisten, maka dapat mengurangi resiko kekurangan bahan pangan di masa yang akan datang. 

Lala Nilawanti


Sabtu, 31 Desember 2016

CERITA TENTANG LAUT UTARA

KESUDIAN LAUT BERPASIR HITAM

Ketika lelah menjadi alasan, tapi penasaran lebih kuat dan menjelma menjadi kekuatan besar yang menandingi mahanya laut utara. Berharap mendapat sapaan Dewi Lanjar  dan disampaikan pada Ratu Kidul pesan terselubung ini. Pikiran pertama muncul ketika daun telinga ini mengumpulkan butir-butir kata dari bibir tegas. Benak tak mampu menahan bendungan emosi yang menggerakan langkah perlahan mengikuti panggilan ombak yang menyentuh bibir pantai.
Tambak-tambak warga  menemani langkah lelah dan menawarkan panorama pesisir. Aroma air tambak mengusik perjalanan, renik-renik berdampingan di tambak dan merusak pandangan. Hari libur gagalkan gertakkan ombak, hanya bisikan-bisikan bosan yang terdengar. Para pencari nafkah menyambut ramah, entah panggilan saudara atau panggilan uang yang sebabkan ramah hadir diantara kita. Lalu mengapa harus   memberi uang jika ingin menikmati alam yang diberikan tuhan ?.
Benarkah air laut sudi disentuh angin ? dipaksa sampai dan menyapa pasir hitam di bibir pantai, bahkan tak elok untuk disentuh birunya air laut. Apa lagi menyapa anak-anak manusia perusak yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Lalu mengapa kalian datang mengunjungi hamparan laut jika kalian tidak bisa melepas belenggu angin yang berkuasa di atasnya. Tidak mengusir angin justru mengundang butiran-butiran sampah yang menjadi gundukan yang menjijikan untuk disentuh. Kalian suka ombak, tapi kalian tidak tahu betapa bosannya air laut, kesana-kemari untuk mengantarkarkan sampah-sampah laut yang mengeruk habis hartanya. Berliter-liter, bertahun-tahun dikeruk hingga laut dahaga pada hartanya sendiri. Hanya gurauan ikan dan karang yang menghiburnya.
Laut berharap angin lebih berpihak pada capung raksasa dan asap gelap. Bagaimana bisa laut yang seharusnya airnya biru sampai  bibir pantai coklat pekat nyaris gelap ?. Emosi menjadi lebih penasaran, ingin ketengah laut dan memastikan  apa yang terjadi, benarkah selama ini dia sudi disentuh angin, ditimpa sampah, dan didampingi penghianat berwujud mesin-mesin perenggut ?. Biarkan laut tak dikenal dan tak dijamah anak adam, cukup mereka yang tau etika dan empati pada alam yang boleh masuk dan menyapa kebosanan ombak. Lalu menemani pasir yang hitam, hingga tetap tinggal  meski dicaci-maki dan di bandingakan dengan pasir putih yang cantik di pantai yang lain. Jangan caci-maki pasir yang hitam, itu bukan arti keburukan dan kekejiannya. Dia hanya diberikan kodrat yang berbeda dari pasir cantik lainnya. Alihkan pandanganmu pada air laut, dia juga tak ingin kotor dan segelap itu, dia hanya melawan kodrat sebagai air laut yang biru.  Angin juga tidak selalu ingin menyentuh air laut, dia hanya ingin menciptakan ombak untuk menjalankan tugasnya memberi garis alam dan menghidupkan kehidupan. Karena itu air laut selama ini rela disentuh angin untuk menciptakan kehidupan. Biarkan pasir, air laut, ombak dan angin berjalan sesuia kodratnya dan memebrikan kehidupan bagi masyarakat . Semoga lekas sadar warga-warganya menjaga asrinya mereka. Semoga warganya tidak menjadi perusak daya indahnya semesta yang diberikan tuhan pada laut utara yang malang.